Sunday, December 5, 2010

Polisi: Mahasiswa Ditunggangi

Kamis, 02 Desember 2010 22:57:21


Bukan hanya itu, polisi juga masih menyelidiki aktor intelektual di balik insiden bentrok antara ratusan mahasiswa dan polisi yang melakukan penjagaan pelantikan Gubernur-Wakil Gubernur Agusrin Najamudin-Junaidi Hamsyah.

Kapolres Bengkulu, AKBP. H. Joko Suprayitno, SST, MK kepada RB kemarin mengatakan pihaknya menduga aksi unjuk rasa mahasiswa itu digerakkan aktor intelek yang sengaja ingin mengacaukan jalannya pelantikan gubernur-wakil gubernur. Untuk itu, pihaknya masih menggali informasi dari 18 orang mahasiswa yang statusnya ditetapkan Wajib Lapor (WL) itu.

‘’Untuk masing-masing koordinator lapangan (korlap) dan petinggi organisasi mahasiswa yang terlibat, akan kami periksa. Masing-masing korlap ini tentunya punya atasan lagi, akan kita telusuri terus hingga muaranya ditemukan siapa aktor yang menggerakkan massa untuk bersikap anarkhis seperti saat aksi itu,’’ papar Kapolres.

Indikasi adanya penyusupan dalam aksi mahasiswa ini diperkuat temuan polisi di lokasi demo. Polisi menemukan kantong-kantong bensin, spritus, air accu. Barang-barang berbahaya yang potensial disalahgunakan itu pasti ada yang membawa. Nah, pihak mahasiswa membantah membawa barang-barang tersebut.

‘’Untuk sampai saat ini belum ada tersangka pengrusakan yang kami tetapkan. Namun untuk pelanggaran ketertiban umum, ke-18 mahasiswa ini jelas kena. Dimana aksi para mahasiswa ini sempat membuat kegaduhan. Untuk unsur pidana, masih kami selidiki,’’ tegas

Terkait pernyataan mahasiswa yang menyatakan ada penyusup dalam barusan mahasiswa, dengan tegas dibantah Kapolres. Mengingat rencana aksi ini sudah disusun mahasiswa sejak jauh hari. Dalam artian sudah punya persiapan yang matang. ‘’Pertemuan ini tentunya membuat antar mahasiswa ini menjadi saling kenal. Tentunya mahasiswa itu sendiri tahu siapa kawan-kawannya. Tidak akan luput jika ada penyusup yang menyelinap,’’ pungkas Kapolres.

Dijamin PR III

Sementara upaya yang dilakukan Presma BEM UMB Organdi Cs yang bersikeras meminta polisi mengeluarkan 18 orang rekannya dari tahanan tidak mendapat respon dari Kapolres. Negosiasi terjalin setelah masing-masing Pembantu Rektor III yang membidangi bagian kemahasiswaan menjamin masing-masing mahasiswanya untuk bersikap kooperatif.

Ketiga Pembantu Rektor itu tidak lain Hutapia SE, ME (Unib), Hernadianto, SE, M.Si (UMB) dan Ir. Khaidir, MT (Unihaz). Setelah tercapai kesepakatan yang intinya pihak universitas masing-masing akan bertanggungjawab jika 18 mahasiswa ini melarikan diri, akhirnya Kapolres melepaskan mahasiswa dengan catatan harus melapor minimal 1 kali setiap minggunya.

‘’Tindakan-tindakan mahasiswa yang berbau anarkhis ini jelas tidak kami restui. Namun kami sebagai pihak universitas yang menaungi masing-masing mahasiswa bersangkutan ini bersedia menjamin bahwa anak didik kami ini akan bersikap kooperatif. Tujuan kami hanya satu, agar kegiatan perkuliahan mahasiswa ini tidak terganggu,’’ ujar Khaidir menuju mobilnya bersiap meninggalkan Polres.

Kritik Pengamanan Penuh

Sementara itu, pengamat masalah hukum dari Fakultas Hukum (FH) Universitas Bengkulu (Unib), Sudirman Sitepu, SH, M.Hum menilai pengamanan demo mahasiswa Senin (29/11) kemarin terkesan berlebihan. Menurutnya, kontak fisik antara mahasiswa dan polisi tidak seharusnya terjadi apabila pengamanan dilakukan secara wajar.

Dia berpendapat, menurunkan pasukan dengan kekuatan penuh hanya untuk menghadapai aksi demo mahasiswa kurang tepat. “Menghadapi kaum intelektual sudah seperti menghadapi teroris atau rombongan pemberontak yang dapat mengancam kedaulatan negara,” ungkapnya.

Dikatakan Sudirman, apa yang dilakukan aparat kepolisian selain sudah berlebihan juga sudah mengindikansikan pelanggaran HAM. “Pengamanan demo mahasiswa yang tidak seberapa jumlahnya dengan kekuatan penuh, sama artinya sudah menakut-nakuti masyarakat untuk tidak menyampaikan aspirasi. Apalagi tindakan kekerasan yang membabi buta, ini sudah melanggar Hak Asasi Manusia Indonesia yang sudah berdemokrasi. Seharusnya polisi bisa memahami, tuntutan mahasiswa hari hanya agar suara mereka didengar. Mereka (mahasiswa, red) ingin bertemu dengan Mendagri untuk menyampaikan keluhan. Inikan ada di dalam undang-undang, kenapa harus dihalangi. Tinggal pihak kepolisian berkoordinasi dengan protokoler kementerian, semuanya dapat dilakukan tanpa harus ada kekerasan,” tegas Sudirman.

Sementara itu, Kabid Humas Polda Bengkulu AKBP Hery Wiyanto, SH membantah pihaknya telah bertindak berlebihan. Menurutnya, yang dilakukan Polda sudah sesuai prosedur. Terkait pengerahan kekuatan penuh, menurut dia, itu sudah menjadi standar pengamanan dalam pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur.

“Kami tidak berlebihan, mahasiswa sudah keterlaluan dan memprovikasi bentrokan. Contohnya saja mereka memancing emosi dengan melempari mobil Kapolda. Polda sengaja menurunkan semua jajaran petingginya, tapi tidak hanya terfokus pada titik itu. Masing-masing sesuai dengan areanya,” pungkas Hery.(sca/cuy)
 

Saturday, December 4, 2010

Tiga Termuda di Daftar Terkaya

Siapa saja orang-orang muda di daftar 40 terkaya majalah Forbes Indonesia? Ada dua orang yang masih berusia 30-an tahun, dan seorang berusia 41 tahun.
Ciliandra

Di posisi 20 ada Ciliandra Fangiono, 34 tahun, dengan kekayaan sebesar USD 1,1 miliar. Dia mengepalai First Resources yang mengelola 100 ribu hektar lahan minyak kelapa sawit di Sumatra dan Kalimantan. Bersama sejumlah saudaranya, Ciliandra menguasai 85 persen saham perusahaan itu. First Resources didirikan Martias, ayah Ciliandra, yang sejak 2003 tak banyak melibatkan diri di perusahaan itu.



Agus
Agus Lasmono Sudwikatmono, 39 tahun, memiliki kekayaan sebesar USD 845 juta. Dia adalah wakil presiden komisaris di Indika Energy, penambang batu bara. Agus adalah putra eksekutif papan atas dari grup Salim, Sudwikatmono--sepupu mantan presiden Soeharto.

Sandiaga
Lalu ada Sandiaga Uno, 41 tahun. Ia tercatat berkekayaan USD 795 juta, hampir dua kali lipat tahun sebelumnya yang USD 400 juta. Ia ikut mendirikan Saratoga Capital bersama Edwin Soeryadjaya (di posisi 13 terkaya) pada 1998. Ia juga turut mengangkat Adaro Energy ke salah satu perusahaan penambang batu bara kedua terbesar di Indonesia. Tahun ini, ia sempat mencalonkan diri menjadi kepala Kamar Dagang Indonesia, tapi gagal.

Friday, December 3, 2010

A Song of My Mom

It rained at the noon
Picked me up to protect my head soon
Like a hard stone
Broke the rock became tune.

Walked on the stony way
Made me stronger than stormy day
Till her hand’s tired to hold lay
Who never said goodbye
Till her eyes stopped looking at me
Who never left me on Sunday.

A flower had sprung in the spring
Gave me a simple smile when she’s singing
Sang a great melody by a song fluently
That’s always played every month beautifully.
 


Armand always loves you, mom...

Sumang Child

Once upon time, there was a kingdom that was called Kutai Sadei (the kingdom of a village). It placed in a village of Taneak Jang. The king had twin children, they were Gading Snobot and Puteh Kuning. The king and his wife loved them so much. Everything they wanted, it would be fulfilled. In order that, their children grew up by taking easy.
Gading Snobot and Puteh Kuning were prohibited to play out the kingdom. They exactly played around the kingdom only. Their time was mostly spent to play together, to do something together, and even to take a bath together. Because of often spending time together, Gading Snobot and Puteh Kuning loved each other. In fact, they did that should not be done. They could not detain what they felt.
More time later, the king knew that Puteh Kuning was pregnant. The king was very angry at his daughter, Puteh Kuning. He made her to tell who had done it, but she did not want to tell who he was. Therefore, she would be moved to forest. Gading Snobot heard what his father said, finally he told to his father that he had done it to his sister. The king was very shocked about what he had heard.
“Right now you and your sister are not my children and the baby in your sister’s womb is sumang child. You would live hard and would not be happy.” The king said angrily while he left them alone across the Ketawen River.

Gading Snobot and Puteh Kuning lived in umai daet (a place across the Ketawen River that parted between kutai sadei and forest). They had to work hard for getting their needs. They also had to live alone without anyone’s helps.
Some years later Gading Snobot and Puteh Kuning had a boy and a daughter. Their children always played in the forest and played with the animals around their house. One day, the children played near the Ketawen River. Because of tiring, they sit down by the river’s edge.
“Hi, sumang child! You are excrement. Your daddy and your mom are very wrong. Don’t take a bath here and sit down here! Go far now!” The tadpoles said. They cried and directly went home. When they reached their house, they told what the tadpoles said to their mother.
“ Honey, don’t hear what they said! They’re just kidding. Then importantly don’t played near the river again, ok!” Their mother clarified. The children trusted to her.
On other day, the children played by the Ketawen River again. Then the tadpoles said like that again and again. Impactedly, they told what they heard to their father, and they lied that they were told by someone from kutai sadei. Their father was too shy. In order that she jumped to Ketawen River. Suddenly he became kersip (an animal that can be used for making lime), after that, the children retold what they saw to their mother. Afterwards, she also jumped from the window and became iben (betel).
Due to the happening, the children went to kutai sadei and told who they were and what the happening came. Because the king was died, so they lived in the kingdom to replace their grandparent’s position. Until now Rejangness believes that twin couple will love each other if they always meet without being parted.