My Poems

Ruang Kosong Tak Terawat (Fort Marlborough)

Ruang kosong tak terawat
Di balik tembok penyiksaan
Di sudut belakang ruangan barak
Isi peluru besi rusak

Ruangan berisi foto-foto lama
Tak terawat sungguh
Berlapis debu

Dinding kokoh peninggalan Inggris
Tak tembus tembakan botol besi tak bertutup,
Tak terawat sungguh
Bertulis cat tangan setan tak berpesan
Sungguh sayang,
Peninggalan bukti penyiksaan
Rusak dengan coretan tangan-tangan setan.

Aku bisa melihat rumah foto tua, usang
Tak berkaki
Bersender bagaikan menanti di lobang jendela jeruji
Ruang kosong tak terawat
Sungguh sayang sungguh

Bengkulu, 3 Agustus 2010


Serpihan Kota Kematian

Aku ke sini bukan untuk berlibur,
Senang-senang dalam keramahan kota
Menggali nikmat sepanjang jalan pantai Bengkulu

Aku tegak bukan untuk menanti
Meratapi nasib di gerbang naga tionghoa
Terpukau, bangunan tua yang lebur
Hancur.
Dalam sekejap tak bersuara
Letusan petasan-petasan rancangan pemerintah
Hilang, senyap
Menjadi kepingan batu-batu yang berdebu.

Untuk apa aku di sini?
Mengumpulkan serpihan-serpihan sejarah
Tinggal puing-puing cerita belaka

Aku di sini tegak
Mendengar deburan jerit ombak
Tertawan bangunan tua
Kota kematian tempo dulu.

Bengkulu, 3 Agustus 2010


Kitab Tua Pak Proklamator

Tak puas mata melihat di balik kacamata
Berlapis bening tembok kaca
Beribu helai tinta tak tersentuh
Rusak tak terawat
Tak termodifikasi tangan perawat

Inginku melihat
Segudang ilmu di balik sapul kitab tua
Tak tersentuh
tak tersentuh.
Rusak usang gersang
Tak tumbuh
Terkunci di balik jeruji kaca
Yang akan musna

Begitu sayang
Intan yang tertanam
dalam.
Berlian yang besinar
hilang.
Terkubur begitu saja
Di dalam istana
Di balik tembok rumah Pak proklamator
INDONESIA

Curup, 4 Agustus 2010


Keangkuhan Ujian Nasional Indonesia

Tangisan di bualan Juni
Senang
Bahagia
menggapai rongga-rongga asa
setelah berperang bersenjatakan pensil kayu tua
hitam
tergores dalam lembaran LJK

Tangisan di bulan Juni
Sedih
Pilu
teriris sembilu muda
Ketika tiga dekade usaha tak ada arti apa-apa

Tangisan di bulan Juni
Lihat
tangan tak terawat
sumpah tak terjaga
hilangkan milyaran rupiah
di balik ribuan punggung tunas tak bersekolah

Jutaan lembaran kertas
jutaan tetes tinta emas
Tak berarti
Menginjak teriakan mereka putus sekolah
tak berjendela dunia
Tak berarti apa-apa
keglamoran keborosan
tolak ukur kesuksesan pendidikan kita

Curup, 5 Agustus 2010




Bendungan Tua “Watervang”

Bendungan tua di sudut kota
mengalirkan ribuan tetes air mata
terbelenggu dalam penyiksaan penjajah
kuat kokoh
menguras keringat urat dahaga
melawan arus di tengah sungai pinggiran kota

Puluhan tahun sudah
aku bisa merasakan kekuatan
teriakan para pekerja,
mata beton basah
batang besi tua
bermain di pundak para pekerja

Bendungan tua
bukti pengorbanan
penyiksaan
tangisan
tak lekang deru aliran zaman
di balik tangisan darah pekerja paksa

Lubuk Linggau, 7 Agustus 2010


Aku Bangga dengan Indonesiaku

Aku bangga dengan Indonesiaku
beribu jiwa harus melayang
mempertahankan kebebasan
beribu tetes darah dikorbankan
tuk tanah airku ini

Aku bangga dengan Indonesiaku
tanah yang begitu subur
tumbuh beribu tunas candu para pemburu

Indonesiaku
Aku cinta tanahmu
budayamu
bahasamu
keramahanmu
Tapi sekarang Indonesiaku
tanah airku
Aku bangga dengan para koruptormu...

Curup, 16 Agustus 2010